memang hidup terasa hampa, bila dilalui dengan rasa kekhawatiran dan kegalauan hati. Kadang aku merasa iri bila melihat seorang wanita bercanda dengan orang yang dicintainya. Tapi harus bagaimana lagi mungkin ini sudah nasibku dan kucoba untuk tetap tabah menjalaninya.
=
==
>>Sebenarnya namaku Sulastri. Tapi orang lebih senang memanggilku Astri. Agak keren kedengarannya..
Aku dilahirkan disebuah desa terpencil dikawasan Singaraja, Bali. Hidup yang keras dan penuh liku-liku, sudah jadi santapanku sehari-hari. Kami bukanlah dari keluarga yang mampu, ayahku yang malas kerja selalu saja sibuk dengan ayam jago aduan nya, ibu yang harus membanting tulang siang malam.
>
>>Meskipun aku dari keluarga kurang mampu, tapi aku mempunyai semangat belajar yang tinggi, aku tidak mau diremehkan orang lain hanya karena aku tidak berpendidikan, untuk mencukupi biaya sekolahku aku membantu ibu berjualan dipantai, menawarkan aksesoris pada para wisatawan.
Penguasaan bahasa inggrisku membantu memperlaris daganganku, walau kadang aku suka malu ketika ada yang menggoda dan mengatakan aku tidak pantas berjualan dipantai, lebih pantas jadi wanita karier.
Mendengar godaan itu setiap malam aku sering melamun dan membayangkan bagaimana seandainya jadi kenyataan, alangkah senang nya aku dan keluargaku, ketika usaha kerasku untuk sekolah membuahkan hasil.
"kamu jangan menghayal. Tri... Ibu gak mau kamu terbuai, dan malah terjebak ke jalan yang ga benar, bersyukur saja kamu diberi wajah cantik dan tubuh sempurna, jangan hiraukan godaan orang..." kata ibu suatu malam, ketika aku ceritakan soal godaan para turis dipantai.
>
>>Setelah tamat sekolah menengah, seperti kebanyakan remaja lainnya, aku ingin bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, Berbagai perusahaan telah aku masuki. Tapi belum juga ada panggilan, dan ini sempat membuatku frustasi, sehingga aku agak ogah-ogahan membantu ibu berjualan.
Kerjaku hanya melamun dan menghayal tentang gemerlap duniawi, yang ada dalam pikiranku hanya seandainya... Seandainya..
Melihat kelakuanku itu, ibu selalu menasehati aku dan membantu mencarikan pekerjaan, akhirnya lewat bantuan dari tetanggaku aku mendapatkan pekerjaan sebagai pelayan restoran, disebuah hotel berbintang dikawasan Kuta.
Aku yang sejak lama mendambakan pekerjaan, sangat gembira, hari-hari kulalui dengan semangat, apalagi pengawas kerjaku juga sangat baik orangnya, memperlakukan semua karyawan yang bekerja sebagai teman.
Ketika menerima gaji pertama kali, aku merasa seperti seorang bos, ketika ibu meminta sebagian uang gajiku
"kamu harus bisa menabung Tri.. Biar kalau ada perlu apa-apa, punya pegangan." ibu memang tidak pernah bosan menasehatiku, sebab tidak ingin aku menjalani hidup sengsara seperti dirinya,.
>
>>Seperti layaknya godaan yang dilontarkan dipantai dulu, teman-teman kerjaku juga mengatakan bahwa aku tidak cocok bekerja jadi pelayan restoran, aku yang sudah melupakan hal itu menjadi agak sensi juga. Sebab menurut mereka tubuhku yang lebih tinggi, dari gadis-gadis lain, juga kulitku yang coklat tapi bersih, sangat tidak pantas bila memegang peralatan makan, menurut mereka aku lebih pantas menjadi seorang model, mendengar semua itu, aku menjadi agak besar kepala juga.
Diantara mereka aku memang yang paling menonjol, tak jarang para customer memintaku langsung untuk melayani mereka. Bahkan manager tempatku bekerja sering menyuruhku untuk menggunakan pakaian adat, menyambut tamu istimewa yang kebetulan menyewa restoran kami. Dalam setiap acara penyambutan aku berpasangan dengan Made, temanku yang juga satu sekolah dulu, karena seringnya berpasangan dan berjumpa tiap hari, akhirnya kami berpacaran.
>
>>Hubunganku dengan Made sudah diketahui oleh ibuku, "semua ibu serahkan kepadamu, kalau ingin menikah bilang sama ibu, jangan berbuat diluar batas" ujarnya ketika kuminta pendapat tentang hubunganku dengan Made.
Sebagaimana dua sejoli yang sedang dimabuk cinta aku dan Made selalu terlihat mesra, dan teman-teman jg mengatakan kalau kami sangat serasi.
Pada suatu ketika setelah pulang dari acara malam mingguan bersama teman-teman, kami memutuskan untuk menghabiskan malam disebuah diskotik ternama. Kini pergaulanku telah berubah, aku yang dulu masih kampungan kini telah mengenal gemerlapnya kehidupan kota, didalam diskotik kami hanya menari mengikuti irama musik dan minum softdrink. Tapi seorang teman berkata masuk diskotik tanpa minuman keras kurang lengkap. Awal nya aku menolak untuk menenggak minuman itu tapi, atas bujukan mereka akhirnya kuminum juga, rasanya seperti terbakar tenggorokanku, namun kuterus meminun setiap gelas yang disodorkan, malam semakin larut, akhirnya kami pulang, aku pulang bersama Made, tapi Made mengatakan bahwa ibu pasti marah jika aku pulang dalam keadaan agak mabuk, Made menawarkan untuk menginap dihotel dan sewa 2 kamar, aku pun hanya menurut saja..
Ketika sampai hotel, aku yang sudah sangat pusing hanya bisa bergelayut manja dipundak Made. Dan aku tidak mengetahui apa saja yang dibicarakan Made dengan recepsionis, sambil tetap bergelayuk kami berjalan menuju kamar, dan ketika kami memasuki kamar, aku yang sudah dipengaruhi alkohol, tanpa kusadari memiliki keberanian untuk memeluk Made, dan sambil berbisik pelang mengatakan bahwa aku jangan ditinggal sendirian, Made yang kupeluk hanya tersenyum kecil, sambil tangan nya menutup pintu, Made mebopongku ke tempat tidur, mata kami bertatapan dekat sekali, kurasakan nafas Made agak memburu, pelan tapi pasti dia mencium bibirku, lembut sekali kurasakan kecupan nya, dan akupun membalas nya, kami saling melumat. Dan kurasakan tangan nya, mebelai seluruh tubuhku, melucuti kancing bajuku satu persatu, aku yang merasakan belaian Made hanya memejamkan mata menikmati setiap sentuhan nya, setelah semua kancing terbuka Made membuja Bh ku dan dengan lincah tangannya meremas tetekku.
"ahhh... Uhh..."
desahku. Sambil terus berpanggutan akupun mulai berusaha melepas celana Made, dan ketika hanya tersisa cd nya, aku memasukan tanganku, menyentuh benda panjang yang sudah cukup keras itu.. Kuremas dengan lembut batang kontol itu.. Made hanya terpejam dan mendesah "akhh.. Ya.. Ah terus ti mainkan kontolku.."
sambil tangannya mulai memainkan putingku, ditarik, dipilin dan diremas buah dada 34bku itu, kubalas dengan remasan dikontol nya,
Made menelusuri leher ku hingga dadaku dengan lidah nya, dilumat nya putingku, dan disedotnya pelan,
"aahh... Geliii.." erangku, namun Made justru semakin beringas mengemut putingku, sambil tangannya terus merayap melepas celana dalamku, aku yang belum pernah disentuh sejauh itu oleh seorang pria hanya bisa mendesah dan mengerang, apalagi ketika ujung jari Made menari dibibir memekku, sambil mempermaikan bulu-bulu halus disekitarnya. Puas beramain di tetek, Made mulai menelusuri perutku dan akhir nya berhenti dilobang memekku, lidah nya bermain lembut, menjilati lubang memek yang kurasakan sudah basah, aku menggeliat keenakan...
Melihat aku yang sudah sangat terangsang Made, berdiri dengan batang kontol yang juga sudah berdiri tegak menantang, diarahkan kontol nya kedepan wajahku, "masukin mulutmu say' katanya. Kuraih batang itu, sambil kupilin kucoba untuk menjilat ujung nya, dan kumasukan perlahan kedalam mulutku, dan kupermainkan dengan lidahku.
"ahhh.. Terus ti.. Ya.. Ah.." desisnya pelan sambil menjambak rambutku, dan menggerakan pinggulnya. Aku yang sudah tak kuat menahan gejolak nafsu, melepas kontol Made. Dan mengarahkannya untuk menindihku. "perawani aku.." bisikku, dan tanpa menunggu lagi, Made langsung menempatkan ujung kontolnya, didepan memekku digesek-geseknya di sekitar bibir memekku, dan mendorong perlahan batang keras itu untuk menembus lubangku.
"arghhhh..." jeritku pelan ketika batang itu amblas semua kedalam memekku, dan rasa nikmat mulai menjalariku ketika Made mulai menggoyang pinggulnya, menggerakan batangnya dimemekku, kudengar nafas Made semakin memburu, sambil menggoyang ia terus meremasi kedua tetekku dan setelah berapa lama ia berbisik tak tahan lagi, ia menekanku kuat-kuat, dan akupun mendekapnya, cairan hangat membasahi memekku. Dan akupun merasakan kenikmatan yang luarbiasa. Made mengecupku dan berkata akan bertanggung jawab. Setelah kejadian itu kami jadi semakin sering mengulang nya, entah itu dihotel atau digubuk tengah sawah
>
>> Dan akhirnya aku hamil, mengetahui hal itu Made justru tidak mau peduli dan mulai menjauhiku, dan malah pergi entah kemana, ditengah rasa bingung, atas bantuan seorang teman aku menggugurkan kandunganku, dan dengan tabungan yang kupunya aku memutuskan pergi ke Jakarta, setelah susah payah meminta ijin ibu.
>
>> Akhirnya sampai juga aku di Jakarta, dan setelah berputar-putar lumayan lama, kutemukan juga rumah sahabatku Yuni. Dia sedikit kaget ketika melihatku datang tiba-tiba, namun setelah kuceritakan semua dia menerimaku dengan tangan terbuka dan juga mencarikan aku pekerjaan sebagai staf admin disebuah hotel...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar